Bank Indonesia (BI) memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2018 berada di kisaran 5,1-5,5 persen. Proyeksi tersebut lebih rendah dibandingkan target pemerintah yang mencapai 5,4-6,1 persen. Gubernur BI Agus Martowardojo mengatakan otoritas moneter menilai proyeksi tersebut lebih moderat dan realistis untuk menggambarkan kondisi perekonomian domestik. Menurut Agus, bank sentral telah menghitung laju konsumsi, investasi, dan ekspor yang menjadi penopang perekonomian.
“Itu semua yang kami kaji adalah selaras dengan BI, namun dengan skala yang lebih tinggi. Artinya BI punya pandangan yang lebih moderat,” kata Agus di Gedung Nusantara II DPR RI, Jakarta, Selasa (6/6). Agus mengatakan, BI memprediksikan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada tahun depan sebesar Rp 13.300-13.700, lebih kuat dibandingkan prediksi pemerintah sebesar Rp 13.400-13.800. Menurut dia, hal itu seiring kinerja aliran dana masuk atau capital inflow yang lebih banyak di tahun depan.
“Hal ini dibantu kinerja dari capital inflow dan kinerja domestik,” kata dia. Agus menilai secara umum perekonomian Indonesia pada tahun depan dalam kondisi yang lebih baik dibandingkan tahun ini. Sebab, ekspor Indonesia akan membaik sejalan dengan harga komoditas yang mengalami peningkatan pada tahun ini. “Investasi bangunan dan non bangunan lebih baik di tahun depan. Kalau tahun ini masih ada konsolidasi di perbankan dan korporasi, akan bisa membuat kontribusi terhadap investasi pemerintah dan swasta. Konsumsi di tahun depan juga menguat,” jelasnya.