Peristiwa

Di depan pimpinan Perguruan Tinggi, Presiden minta waspada radikalisme

banner 160x600

riaubertuah.id

Penyalainews, Nusa Dua - Presiden Joko Widodo (Jokowi) secara tegas meminta agar paham radikalisme tidak disebarkan di kampus-kampus atau perguruan tinggi. Demikian ia sampaikan saat acara penutupan Pertemuan Pimpinan Perguruan Tinggi se-Indonesia di Peninsula Island, Nusa Dua, Kabupaten Badung, Provinsi Bali.

"Sekarang ini telah terjadi infiltrasi ideologi yang ingin menggantikan Pancasila dan memecah-belah kita. Keterbukaan tidak bisa kita hindari sehingga media sosial sangat terbuka bebas untuk infiltrasi yang tidak kita sadari," tegas Jokowi, Selasa (26/9).

Jokowi mengatakan kemajuan teknologi harus diakui membawa keterbukaan. Hal itu semakin memudahkan penyebaran suatu paham. Sayangnya, dewasa ini keterbukaan tersebut dapat memberikan celah bagi upaya-upaya infiltrasi ideologi yang tidak disadari.

Latar belakang itulah yang membuat Jokowi selalu mengingatkan seluruh elemen bangsa untuk senantiasa waspada terhadap upaya-upaya yang dapat memecah-belah bangsa. Menurutnya, infiltrasi tersebut dilakukan dengan cara-cara lembut dan menggunakan pendekatan terkini.

"Banyak dari kita yang terbuai oleh itu sehingga kita lupa telah memiliki Pancasila. Tadi saya bangga telah dideklarasikan oleh pimpinan perguruan tinggi se-Indonesia yang bertekad untuk mempersatukan kita dalam NKRI, berpegang teguh dalam UUD 1945, dan menjaga Bhinneka Tunggal Ika," tuturnya.

Pun ia mengingatkan bahwa perguruan tinggi adalah sumber pengetahuan dan pencerahan. Oleh karena itu, akan sangat berbahaya kalau perguruan tinggi dimanfaatkan oleh segelintir pihak sebagai medan infiltrasi ideologi ini.

"Jangan sampai kampus-kampus menjadi lahan penyebaran ideologi anti-Pancasila, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika," tegasnya.

Lebih lanjut, ia mengajak seluruh pihak untuk terus memupuk rasa persaudaraan antarsesama.

"Apabila kita semua masih cinta Indonesia, kita harus menghentikan infiltrasi ideologi, radikalisme, dan terorisme di perguruan tinggi seluruh Indonesia agar rasa persatuan dan persaudaraan semakin kuat. Jangan sampai hasil kerja keras untuk anak cucu kita hancur karena terorisme dan radikalisme sehingga bangsa kita jadi bangsa yang mundur."

Pembinaan ideologi, lanjut Jokowi, yakni Pancasila Pancasila sebagai pandangan hidup Bangsa Indonesia perlu dimasukkan baik ke dalam kurikulum pengajaran maupun kegiatan pendidikan nonformal lainnya.

"Tanamkan bahwa kebinekaan adalah sumber kekuatan bangsa Indonesia dan betapa kita ini sangat beragam. Negara ini kokoh menjadi satu dengan dasar Pancasila. Dengan bekerja bersama, marilah kita rawat NKRI. Perkuat Pancasila, tolak radikalisme dan terorisme," tegasnya.

Turut mendampingi Presiden, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Menteri Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi M Nasir, serta Gubernur Bali I Made Mangku Pastika, seperti diberitakan Antara.***red

 

Merdeka.com